Medianers ~ Mahasiswa Keperawatan tidak mengenal waktu libur, kalaupun ada hanya rentangnya sangat sedikit, karena adanya jadwal praktek yang padat di Rumah Sakit maupun di pelayanan kesehatan lainnya. Bahkan di bulan ramadan pun tetap menjalankan praktek Keperawatan.
Praktek di hari biasa tidak masalah, biasanya mahasiswa Keperawatan praktek di beberapa Rumah Sakit, dan rumah sakit tersebut kadang jauh dari kampus atau kosan. Artinya mahasiswa/i cari lagi kosan yang baru, lama tinggal atau praktek bervariasi tergantung siklus praktek keperawatan yang dijalani, kira-kira 1-2 bulan.
Saat Sahur !
Praktek di rumah sakit akan terasa berat di saat bulan ramadan. Di hari biasa tidak masalah, meskipun berpindah-pindah. Ya maklum saja, berhubung dinas di rumah sakit 1-2 bulan tentunya agak terasa sulit jika membawa peralatan dapur. Sementara untuk makan sahur, caranya bagaimana?
Tentunya akan keluar rumah mencari makanan. Okelah bagi yang laki-laki, dan tentunya terasa sulit bagi perempuan (mahasiswi). Atau pas dinas malam, saat sahur, menyuap nasi bungkus akan terasa tercekat kerongkongan mengingat keluarga di rumah. Tentunya akan terasa bahagia sahur di rumah bersama orang yang disayangi.
Meskipun mahasiswa/i Keperawatan membawa peralatan masak, dijamin bakal tidak punya waktu untuk memasak, karena segudang tugas laporan yang akan di buat di kosan. Ya, membuat Asuhan Keperawatan dengan tulisan tangan, tidak boleh diketik untuk menghindari contekan atau copas. Akhirnya, selama praktek selain mengeluarkan biaya kebutuhan hidup yang tinggi, juga meredam hasrat bermain dan berkumpul dengan keluarga.
Saat Berbuka !
Ya ! Rasanya mau menitikan air mata, tapi apa boleh buat, inilah perjuangan mahasiswa/i Keperawatan di rumah sakit, demi menuntut ilmu, demi meraih sarjana, kebebasan terpaksa dikorbankan di usia muda. Yang mana orang lain, buka bareng dengan teman seangkatan waktu SLTA, atau dengan komunitas. Tapi, hal ini tidak berlaku bagi mahasiswa Keperawatan yang sedang menjalani praktek Keperawatan di rumah sakit.
Syukur-syukur Rumah sakit tempat mahasiswa/i praktek menyediakan makanan untuk berbuka/sahur. Tapi, sepanjang pengetahuan penulis yang juga pernah menjalani praktek di saat bulan ramadan, rasanya belum pernah ada Rumah Sakit yang menyediakan makan sahur atau berbuka untuk mahasiswa, meskipun mahasiswa mengeluarkan uang di kampus untuk menjalani praktek di rumah sakit.
Kesedihan dan beban berat menjalani praktek di rumah sakit saat ramadan ini, tidak saja dirasakan oleh mahasiswa Keperawatan, tapi juga dialami oleh mahasiswa Kedokteran (co-as) dan mahasiswa Kebidanan. Memang ketiga jurusan ini mengalami nasib yang sama. Namun, sedikit ada keistimewaan bagi coas, biasanya mereka disediakan makanan nasi bungkus atau nasi kotak oleh pihak rumah sakit. Mungkin karena mereka sedikit atau karena yang berpengaruh di rumah sakit adalah seniornya. Tapi, naas bagi Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan.
Kenapa Mahasiswa Harus Praktek di Bulan Ramadan ?
Bila kesedihan di atas bisa dihindari, pertanyaanya apakah tidak bisa praktek selain di bulan ramadan ? Nah, inilah uniknya mahasiswa Keperawatan, Kebidanan dan Kedokteran. Jadwal mereka terlalu padat, sehingga jika siklus praktek ditunda karena halangan bulan ramadan, maka mereka dijamin bakal tamat atau wisuda tidak sesuai waktu. Dari pada tamat terlambat, pastinya biarlah menikmati bulan ramadan bersama pasien di rumah sakit.
Saat mahasiswa ini pulalah, calon Perawat ditempa, dilatih, dan dibuat kebal menghadapi tidak bergemingnya terhadap perubahan waktu. Mau malam, siang, bulan ramadan, lebaran dan tahun baru sama saja. Tidak ada bedanya, tetap saja dinas dan praktek. Hanya satu waktu yang istimewa, yakni saat pasien yang ditolong melihatkan wajah bahagia, merasa dapat pertolongan dari sentuhan mahasiswa. Hanya itu. (Anton Wijaya, mantan mahasiswa Keperawatan).