Tampilkan postingan dengan label Potret. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Potret. Tampilkan semua postingan

grace02emily Sukses Itu, Ketika Kamu Bisa Menyukseskan Orang Lain Terbaru 2017

Ilustrasi / photo : alana.io
Medianers ~ Suatu ketika, saya satu bus dengan seorang tokoh, ia ninik mamak disegani. Saya tidak ingat namanya, tapi saya tau betul siapa dia. Saya panggil "Mamak" pada beliau. Mamak dimaksud pernah menjadi anggota dewan terhormat semasa orde baru di salah satu kabupaten di propinsi Sumatera Barat.

Di atas bus, penumpang hanya ada 2 orang, berselang beberapa km, naiklah mamak, dengan tujuan ke pasar tradisional. Inilah awal pertemuan masa itu, dan yang akan saya ceritakan.

Baiklah ! 

Di atas bus, saya sapa mamak, serta menanyakan mau kemana. Hingga akhirnya, kami bercerita banyak. Namun, satu hal yang membuat saya terkesan dengan cerita beliau terkait regenerasi.

"Ibarat memanen sebatang ubi, di saat memetik hasil, keluar bongkahan ubi bercabang dan berat. Hasilnya bisa dimakan atau dijual di pasar. Orang yang berhasil panen, boleh dibilang sukses. Ia bisa menanam, menjaga, merawat hingga memetik hasil. Tapi, orang tersebut belum bisa disebut hebat." Kecat mamak.

Kenapa belum hebat mak? Tanya saya.

"Bila hanya sekedar menanam, merawat, menjaga dan memanen, kita semua bisa. Tapi, bagaimana mengembangkan dan meregenerasi, dari satu menjadi dua, dari dua menjadi tiga dan seterusnya inilah tantangan sebenarnya." Ulas mamak.

Kemudian mamak menjelaskan, bahwa setelah sukses panen, sepantasnya dikembangkan, batang ubi dipotong-potong kurang lebih sepanjang lengan bawah. Batang ubi yang telah di potong lalu disortir, kemudian dicucukan di lahan baru, aktifitas ini terus dikembangkan biakan hingga menjadi luas. Inilah yang dimaksud regenerasi.

"Demikian pula dalam kehidupan sehari-hari. Bila kamu ingin besar dan berpengaruh luas, maka ambillah contoh dari bertanam ubi." Saran mamak kepada penulis.

Lihatlah orang sekelilingmu, apakah ia memiliki potensi? Ia lemah dari segi ekonomi? Ia tidak mampu, tapi bisa diberdayakan untuk dikembangkan? Maka bantulah dia, carikan dia jalan, beri ia bantuan sesuai kemampuanmu. Tularkan terus energi ini tanpa memandang bulu.

Mamak terus, memberi saran pada penulis. Bahkan, ia memanggil saya sebagai " nakan" (keponakan). Bus terus melaju, lokasi tujuan mamak hampir dekat. Penulis sebenarnya sangat tertarik menanya banyak hal tentang kehidupan sosial dari beliau.

Saran mamak sebelum turun dari bus, "nakan ! bila kamu ingin jadi orang besar dan memiliki "lahan luas" maka tanamlah dari dini bibit-bibit kebaikan. Lakukan regenerasi, mulai perbaiki dirimu, dari keluargamu, lingkunganmu, dan daerahmu. Bibit kebaikan yang nakan kembangkan adalah kader terbaik di suatu hari. Dan, ajarkan pula filosofi kehidupan bertanam ubi pada mereka, jangan sampai terhenti." Saran mamak sebelum turun dari bus.

Terakhir mamak mengungkapkan kalimat sakti, bahwa "Sukses itu, ketika kamu mampu membuat orang lain sukses.

Sebelum turun, saya ucapkan terima kasih atas saran dan petuahnya mamak. Juga sekalian bercermin diri, bahwa saya tidak ada apa-apanya. Hanya sekedar sukses memanen, tapi belum bisa mengembangkan lahan potensial baik dikampung halaman maupun dirantau. Boleh dibilang, baru bisa untuk diri sendiri dan keluarga kecil saja. Mungkin, suatu hari saya akan bisa.(AntonWijaya)

grace02emily Mudahkanlah Urusan Orang Lain, Bila Urusanmu Ingin Dimudahkan Terbaru 2017

Medianers ~ Fulan mulai keringatan, bukan karena kekenyangan habis makan, tetapi ia kehilangan dompet. Entah tinggal di rumah atau tercecer di jalan. Ia mulai panik, dengan apa membayar makanan yang telah ia lahap di sebuah restoran Padang.

Sembari merogoh saku kanan, ia terus berpikir, lalu buka tas, periksa sana-sini, juga tidak menemui uang. 

"Aduh, sial ! Kemana ya dompet saya?" Gumam Fulan.

Tanpa disadari Fulan, di belakangnya ada seorang anak muda terus memperhatikan gelagat Fulan. Sementara disampingnya beberapa orang cewek sedang bersenda gurau. Fulan merasa tidak enak hati, seolah-olah cewek tersebut menertawakan dirinya.

Fulan memberanikan diri, memanggil pelayan. " Uda, sini. Berapa semuanya?" Sambil menunjuk jenis lauk-pauk dan minuman yang ia konsumsi.

"35 ribu pak." Sahut pelayan, sambil memberikan bon daftar makanan dan minuman yang telah disantap Fulan.

Di Kasir, Fulan menyerahkan bon makanan pada petugas kasir, seraya berkata, "Mohon maaf Uda, saya kehilangan dompet, sementara uang saya hanya ada di dompet tersebut. Boleh saya berhutang dulu. Besok saya antar kesini pembayaran yang telah saya makan." Ucap Fulan.

Tiba-tiba, datang seorang pemuda yang memperhatikan gelagat Fulan tadi. Ia berkata, "Saya yang bayar semuanya, hitung sekalian dengan ini." Sambil menyerahkan bon makannya.

Mendengar pernyataan tersebut, Fulan benar-benar kaget. Ia tidak mengenal pemuda tersebut. Akan tetapi kok ia berbaik hati. Fulan pun tercengang.

Lantas pemuda itu memperkenalkan dirinya, " Saya Budi Pak. Saya kenal Bapak. Mungkin Bapak tidak ingat lagi, bahwa orang tua saya pernah di rawat, bapaklah yang merawatnya di RSUD dr Adnaan WD. Saya dari tadi memperhatikan Bapak mencari sesuatu. Saya tau bapak sedang dalam masalah. Jadi saya berkewajiban pula membantu. Karena Bapak juga pernah membantu orang tua saya di Rumah Sakit. Jelasnya.

Fulan sungguh terharu, ia menjabat tangan Budi erat-erat. "Terima Kasih banyak dik. Maafkan saya tidak ingat lagi. Saya sungguh tersanjung dan sangat tertolong. Sekali lagi terima kasih sudah membayar makan saya." 

Petugas kasir pun tersenyum, yang awalnya akan memberi kelonggaran.
Pembaca setia medianers, kejadian di atas bukan cerita fiktif belaka. Tetapi pernah terjadi pada seorang Perawat, teman penulis sendiri, namun ceritanya sedikit penulis modifikasi, baik tempat maupun kronologis kejadiannya. Namun substansi sama, yakni Perawat tersebut menemui sedikit masalah, tapi ada seorang yang baik hati membantunya, karena Perawat tersebut pernah pula menolong serta memberi kemudahan pada orang tua pemuda tersebut, saat orang tuanya dirawat di rumah sakit tempat Fulan bekerja.

Poin yang ingin disampaikan dalam postingan ini adalah, berbuat baiklah pada siapa saja. Terutama saat menjalankan tugas. Karena suatu waktu, tanpa kita kehendaki kebaikan dari orang lain akan dapat pula kita rasakan. 

Rumusnya, mudahkalah urusan orang lain, jika urusanmu ingin dimudahkan pula oleh orang lain. Bantulah orang lemah, jika kamu ingin pula dibantu orang lain saat tidak berdaya. Berbuat baiklah pada semua orang, jika kamu menghendaki orang lain berbuat baik padamu. Demikian sebaliknya, jika kamu mempersulit urusan orang lain, niscaya urusanmu akan dapat kesulitan pula suatu saat nanti.(AntonWijaya)

grace02emily Sambungan Kisah "Dilema Trauma Tumpul Abdomen" Terbaru 2017

Medianers ~ Malam naas, tidak ada senyum maupun canda tawa. Mimik gundah-gulana tersirat di wajah Sutan, sedangkan Siti di pelupuk matanya sembab karena menangis tak henti-hentinya. Mak Uncu dan Kakek harap-harap cemas menunggu kabar di ruang tunggu Instalasi Bedah Sentral, Rumah Sakit Suka Sehat.
Ya, malam ini, tepat pukul 21.00 wib Parmato sedang mendapatkan tindakan operasi Laparatomi akibat Trauma Tumpul Abdomen, kronologis kejadian silahkan baca di tautan ini : Dilema Trauma Tumpul Abdomen. Sebelumnya terjadi kemelut panjang saat mengambil keputusan, pada dasarnya Sutan selaku ayah dari Parmato kurang berkenan dilakukan tindakan pembedahan, namun karena tidak ada pilihan lain, ia pasrah yang penting putra semata wayangnya itu tertolong.

Di rumah, nenek Parmato memasang niat dan menyampaikan pada Buya Katik di Surau Jami'ak. Jika Parmato dapat selamat menjalani tindakan pembedahan, dan sembuh dari ancaman kesakitan, serta kecacatan bahkan kematian, maka sang nenek akan mengadakan selamatan dengan "membantai" seekor kambing untuk jamuan makan bersama anak yatim piatu. Kemudian nenek juga mengirimkan doa setelah shalat Isya berjamaah di Surau Jami'ak tersebut.

Tiba-tiba, suara pintu berbunyi pertanda ada yang membuka. Benar saja, dokter bedah yang mengoperasi Parmato ke luar dan mengajak Sutan, Siti, Mak Uncu dan kakek masuk kedalam, serta mempersilahkan mereka duduk di dalam ruangan sebesar 6x4 meter.

Sambil menghela nafas panjang dokter bedah berkata, " Pak, Buk, Ananda Parmato mengalami luka robek pada hati, terjadi perdarahan hebat, sehingga rongga perut nyaris penuh terisi darah, sumber perdarahan telah kami atasi. Dan, sisa darah yang ada dalam rongga perut telah kami keluarkan serta dibersihkan. Kurang lebih darah yang ada dalam rongga perut Parmato sebanyak 1000 ml. Sungguh banyak ia kehilangan darah. Kamipun telah memberikan bantuan darah tambahan (transfusi) sebanyak 1 kantong dan akan menambahnya lagi, mengingat Hemoglobin Parmato terus turun, data terakhir mencapai 6,5 g/dl. Meskipun pertolongan maksimal telah kami lakukan, kenyataan berkata lain, saat kami menutup luka, menjahit fasia, tiba-tiba Parmato henti nafas. Kami pun bergegas melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan memberikan obat-obatan untuk memacu kerja jantung, namun semuanya diluar kendali kami (dokter bedah mengeluarkan suara serak serta berkaca-kaca). Kami tidak bisa menghentikan kenyataan pahit, bahwa Aa..ananda Parmato tidak bisa kami selamatkan. Kami mohon maaf pak, buk, tidak bisa berbuat lebih." 

Dengan nada tinggi, Sutan berujar sambil menendang pintu, " Apaaaa...? Kurang ajar kalian, membunuh anakku." Hardiknya menolak kenyataan. Mak Uncu langsung bereaksi mendekap Sutan yang dalam emosi tak terkendali. Lalu Mak Uncu memboyong Sutan keluar. Sementara Siti dan Kakek menangis meraung-raung tak kuasa menahan sedih duka nestapa.

Di luar ruangan, Sutan memaki-maki petugas kesehatan yang telah menolong, serta mengeluarkan kata-kata tidak pantas didengar. Amarah Sutan meluap-luap, menendang kursi dan mulai merusak fasilitas rumah sakit. Sigap, satpam pun mengamankan Sutan yang lagi dirasuki amarah dan penyesalan.

Penuh jiwa ksatria, Mak Uncu menemui dokter bedah, seraya berujar. "Terima kasih dok, telah membantu kami, keponakan saya yang dalam kondisi kritis, meskipun ia tidak tertolong, apa pun hasilnya, itu adalah kehendak yang maha kuasa. Saya ikhlas menerima, dan siap bertanggung jawab atas apa yang telah saya putuskan di IGD, bahwa saya yang menanda tangani persetujuan tindakan operasi. Dokter tidak perlu merasa khawatir, semuanya akan saya pertanggung jawabkan pada keluarga saya di rumah. Tutupnya, sambil menyalami tanda terima kasih pada dokter bedah dan tim bedah lainnya.

Keluarga besar Almarhum Parmato berkabung, handai tolan pun berdatangan mengiri jenazah yang akan dibawa Ambulance pulang ke rumah. Malam itu, malam berkabung serta menyakitkan bagi keluarga, maupun bagi segenap tim bedah Instalasi Bedah Sentral, Rumah Sakit Suka Sehat. Semuanya terjadi diluar kendali mereka.

Kita tidak bisa berandai-andai jika saja Sutan tidak ceroboh dengan mobil barunya saat mengeluarkan dari garasi, mungkin perut dan rusuk Parmato tidak akan dilindas ban mobil. Atau, sewaktu kejadian langsung dilarikan ke rumah sakit sesuai saran Mak Uncu pertama kali, mungkin Parmato dapat tertolong segera, karena perdarahan belum banyak yang bisa diatasi dengan cepat. 

Tapi, sudahlah, semua itu sudah ada yang mengatur, sebagaimana pepatah Minang Kabau, yakni "Malang Sakijok Mato, Mujua sapanjang hari. Malang ndak dapek ditulak, mujua ndak dapek diraiah." Bahasa Indonesianya, "Malang sekejap mata, mujur sepanjang hari. Malang tidak dapat ditolak, mujur tidak dapat diraih." Maka teraihlah yang malang oleh keluarga besar Sutan, mungkin kejadian ini, akan jadi pengalaman berharga untuknya di kemudian hari, bahwa berhati-hati serta harap konsentrasi sebelum melakukan sesuatu agar tidak kehilangan sesuatu berharga.(Anton Wijaya)

grace02emily Dilema Trauma Tumpul Abdomen Terbaru 2017

Medianers ~ Bruuk.. diiringi pekikkan anak-anak. Astagfirullahaladzim sembari tergopoh-gopoh Sutan turun dari mobilnya, ia langsung lari kebelakang. Sungguh terkejut ia menyaksikan, perut dan sebagian tulang punggung putra kesayangannya berusia 5 tahun tergilas oleh ban mobil belakang bagian kiri. 

Seakan membelah bumi jeritan putranya menahan kesakitan. "Aduh" bergegas sambil memeluk anaknya. Sutan merasa bersalah telah melindas perut anaknya saat mengeluarkan mobil dari garasi. " Apa yang sakit nak? " tanyanya penuh khawatir.

Putranya tak henti menangis, sambil memegang perut. Lalu Sutan pun membuka baju Parmato, Putra semata wayangnya yang bernama lengkap Parmato hati, buah perkawinannya dengan Siti Linduang Bulan, (35). Parmato merupakan anak satu-satunya setelah 5 tahun menikah.

Sutan tersedu-sedan menahan isak tangis. Sutan melihat warna biru dirusuk parmato serta goresan jejak ban di bagian perut. Siti linduang bulan yang sedang memasak histeris berlari keluar mendengar suara keributan. Ketiganya pun meraung-raung panik terhadap kondisi demikian.

Bawo capek ka tukang uruik ( Bawa cepat ke tukang urut) ucap kakek Parmato kepada Sutan. Namun, disanggah oleh Mak Uncu ( Paman) " Ke rumah sakit sajalah." Saran adik ipar Sutan.

Kekalutan, kepanikan serta pertengkaran dan saling menyalahkan pun terjadi. Siti tidak tahan melihat keadaan Parmato, langsung marah pada suaminya. Sutan merasa terpojok, lalu membalas dengan amarah. Akhirnya ditanggapi bijaksana oleh mak uncu.

"Bang Sutan, sudah jangan bertengkar, terserahlah mau dibawa kemana, segera keluarkan mobilnya, kita bawa Parmato berobat." Tegas Mak uncu.

Di jalan, di atas mobil, mereka masih saja bertengkar, terkait kemana Parmato mau dibawa, setelah dilakukan voting hanya mak uncu bersikeras ingin membawa ke rumah sakit. Selebihnya menginginkan ke dukun tukang urut. Sementara Parmato tidak lagi bersuara, ia terkulai lemas di pangkuan ibunya, Siti.

Sutan membawa mobil sempoyongan, nyaris menabrak becak dipertigaan menjelang pasar pusat keramaian. Kakek pun jantungan sambil memegang dada seakan mau copot akibat Sutan tidak stabil mengemudikan "gerobak jepang" itu. 

Yah, Sutan baru saja pandai membawa mobil, karena ia baru saja menjual tanah pusaka di kampung halamannya, jadi ia dapat mobil baru dari hasil jualan harta pusaka tersebut. Dua minggu belajar mengemudi, belum 100 persen membuatnya mahir, termasuk saat mengeluarkan mobil dari garasi rumahnya.

Parmato saat itu, sedang asyik main tablet yang baru saja dibelikan kakeknya. Sambil tidur-tiduran di bawah mobil baru ayahnya, ia menonton film Upin dan Ipin pakai hands free , jadi ketika mesin mobil hidup parmato tidak menyadarinya, demikian pula Sutan tidak menyangka bahwa anak kesayangannya itu tidur-tiduran di bawah mobil.

Cemas, panik, merasa bersalah, berkecamuk dipikiran Sutan, badannya seakan melayang-layang, fokusnya membawa mobil sangat terganggu. Namun, ia berhasil juga sampai di rumah Inyiak Sati, tukang urut terkenal di Kampung Ateh Awan, yang mana jarak rumah tukang urut dengan rumah sutan sekitar 6 Km.

Parmato digendong oleh Siti, sambil mengucapkan salam, Siti menerobos antrian di tempat praktek Inyiak Sati. Sembari menjelaskan keadaan yang dialami Parmato.

Inyiak Sati membakar kemenyan, sambil komat-kamit lalu menggeleng-geleng dan berkata, "Ini diluar kendali saya, roh jahat telah menyertainya, saya bisa mengusir roh halus tersebut, tapi tidak bisa memulihkan kondisi anakmu yang lemas tak berdaya ini. Sebaiknya kamu bawa kerumah sakit agar di infus." Ucap Inyiak Sati.

Lalu Inyiak Sati menyembur kepala Parmato dengan air mawar, serta mengusap perut dan punggungnya. "Ayo lari kan segera ke rumah sakit." Pinta Inyiak Sati pada keluarga Parmato.

Waktu telah berjalan, kurang lebih 4 Jam. Kondisi Parmato semakin lemas, ia tidak lagi menyahut saat dipanggil, perutnya terlihat membesar dibanding sebelumnya, bibir parmato mulai membiru, mata layu, tangan dan kaki terasa dingin.

Siti terisak-isak menangis, "Parmato ! Parmato ! Bangun nak. Ibu sayang kamu nak." Ungkap Siti. Sementara, Sutan kesetanan melarikan mobil barunya, klakson panjang ia nyanyikan, lampu mobil pun menyala, Mak Uncu melambai-lambaikan tangan meminta pengemudi lain untuk minggir. Mata Sutan merah, cairan dihidungnya keluar sederas air matanya mengalir membasahi baju kaus yang ia kenakan.

Di depan IGD Rumah Sakit Suka Sehat, hampir saja tertabrak mobil ambulance oleh Sutan, saking ngebutnya mengemudikan mobil. Kitttttt...ban belakang mobil tergelincir serta meninggalkan bekas dilantai depan IGD. Petugas yang ada dalam IGD terkejut, juga satpam dan brankarman (petugas penerima dan pengantar pasien) yang kebetulan sedang berdiri di depan pintu IGD.

"Pak.. pak..cepat bantu anak saya" Ucap Sutan pada satpam dan brankarman. Seketika Parmato dibawa segera kedalam, dan diperiksa tekanan darah, nadi dan pernafasan Parmato oleh Perawat, lalu dipasangkan selang oksigen dihidungnya.

Dokter jaga, meresepkan therapy cairan, kemudian Perawat dengan sigap memasangkannya di lengan bawah kiri Parmato. Dokter jaga pun menelpon konsulen, yakni dokter ahli bedah. Konsultasi yang disampaikan dokter jaga ini, berdasarkan data kekinian serta hasil anamnesis kondisi Parmato saat masuk IGD.
Trauma-tumpul-abdomen
Sesaat, dokter bedah pun tiba di IGD, lalu memeriksa Parmato yang terkapar tidak berdaya di atas tempat tidur. Dokter bedah berkesimpulan dan mendiagnosa Parmato mengalami trauma tumpul abdomen, karena kronologis kejadian jelas, serta terlihat tanda-tanda jejas (membiru) dirusuk kanan serta bagian perut. Kemudian, terlihat tanda-tanda terjadi perdarahan di dalam perut, yang mana bibir parmato pucat, terlihat lemas, kesadaran mulai menurun, tidak merespon dipanggil serta perut tegang dan membesar. Kemungkinan organ bagian dalam ada yang robek, sehingga terjadi perdarahan yang tidak terlihat secara kasat mata. Tindakan pengobatannya adalah perdarahan harus dihentikan agar parmato tidak kehilangan darah yang bisa berakibat kematian.

Kondisi demikian dijelaskan oleh dokter bedah kepada Sutan dan Siti serta didengarkan pula oleh Mak Uncu. Keputusan harus segera mereka ambil, satu-satunya tindakan medis adalah dilakukan operasi segera. Kemungkinan terburuk dari tindakan tersebut adalah Parmato tidak akan selamat meskipun telah dilakukan tindakan pertolongan di kamar operasi, kalaupun tidak di operasi, secara ilmu medis, Parmato juga tidak akan selamat, sebab telah banyak kehilangan darah. Dengan kata lain, ditolong bisa mati, dan jika tidak ditolong juga akan meninggal.

Mendengar kenyataan pahit demikian, Sutan menolak untuk dilakukan operasi, termasuk sang kakek, ia masih menawar untuk diberikan obat saja, sebab Parmato tidak lagi terlihat kesakitan, meringis dan menangis, ia seperti mau tidur. Sementara Siti menangis sejadi-jadinya, ia tidak ingin kehilangan putra semata wayangnya. Sedangkan Mak Uncu terlihat tenang dan cendrung menyetujui untuk dilakukan tindakan pembedahan.

Dokter bedah meminta jika setuju maka wajib membuat pernyataan persetujuan tindakan operasi, atau jika menolak juga wajib menanda tangani surat pernyataan menolak untuk dilakukan tindakan pembedahan, karena itu bagian dari prosedur tetap (protap) Rumah Sakit yang wajib dijalani tanpa kecuali, mengingat tuntutan di kemudian hari.

Keputusan ini cukup pelik diputuskan oleh Sutan, Siti, dan pihak keluarga, sementara kondisi Parmato semakin turun drastis. Waktu berjalan sudah 1 jam lebih, namun tidak ada kepastian. Akhirnya, petugas IGD mengkonfirmasi pada keluarga, bagaimana keputusannya? 

Kejadian sangat dilematis, dalam kondisi panik, keluarga wajib memberi keputusan, demikian pula petugas kesehatan wajib mendapat kepastian, jika tidak, banyak isu yang akan berkembang jika pihak keluarga telat memberi pernyataan, sewaktu-waktu terdapat kejadian yang tidak diinginkan. Dimata hukum hanya butuh bukti otentik. Petugas kesehatan pastinya tidak ingin pula melakukan hal sia-sia karena niat tulus menolong, tanpa surat keterangan/ pernyataan bisa berakhir penjara.

Alhasil, Mak Uncu mengambil keputusan dan siap mengambil alih tanggung jawab dengan menanda tangani surat pernyataan. Apapun yang terjadi, ia siap menanggung segala resiko meskipun Sutan tidak bisa memberi keputusan, karena ia tidak tahan melihat keponakannya terkapar tanpa dilakukan tindakan yang bisa menyelamatkan dari kematian. Karena ia berprinsip lebih baik meninggal, tapi telah tolong maksimal, dari pada menyaksikan kematian tanpa bantuan.(Lanjutan Kisah  Dilema Trauma Tumpul Abdimen)

grace02emily Adzanri : "Perawat Boleh Melakukan Tindakan Medis Bila Keadaan Darurat" Terbaru 2017

Adzanri-pengurus-PPNI-Sumbar
Adzanri, AMK,. SS,. MH. (tengah) bersama mantan wakil walikota Payakumbuh, Syamsul Bahri, saat pembukaan Musyawarah Kota PPNI Payakumbuh Ke-V tahun 2011.
Payakumbuh, MN ~ Hai pembaca setia ! Medianers kembali hadir mengulas tentang, bagaimana legalitas Perawat melakukan tindakan medis ditinjau dari aspek hukum kesehatan dalam pelayanan gawat darurat? Mengingat Perawat akan selalu dihadapkan pada posisi dilematis saat menolong pasien (klien) atau penderita yang butuh pertolongan segera. Untuk itu, agar tidak ragu-ragu dalam menjalankan tugas, mari simak ulasan Adzanri, AMK,.SS,.MH yang ia tuliskan berbentuk makalah, sebagaimana medianers sarikan di bawah ini:

Menurut Adzanri dalam makalahnya berjudul Aspek Hukum Kesehatan Dalam Pelayanan Gawat Darurat, menjelaskanbahwa Perawat dijamin oleh Undang-Undang melakukan tindakan medis, (tindakan diluar kewenangan Perawat) apa bila bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dari ancaman, baik kesakitan, kecacatan maupun kematian dalam kondisi gawat darurat yang mana tidak ada tenaga dokter di tempat/daerah tersebut.

Adzanri, lulusan Magister Hukum, sekaligus sebagai staf pengajar ilmu hukum di tempat yang sama, yakni di Universitas Bung Hatta, Padang, membeberkan, bahwa dasar hukumnya adalah, "Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan. Dimana, UU dimaksud mengatur tentang pelayanan gawat darurat bagi perawat, terdapat dalam Pasal 35, ayat (1), yaitu "Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya."

Adzanri, yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr M Djamil Padang ini, menambahkan, " pada ayat (2) berbunyi, 'pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut'. Sedangkan pada ayat (3), menyatakan, 'Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien'. Dan, pada ayat (4) menjelaskan, 'Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya'. "

"Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran,  dalam Pasal 51 ayat (d) berbunyi “melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya." Tukuk, alumni SPK Depkes RI Padang lulusan 1985, dan Akper Depkes, Siteba, Padang, tahun  2000 ini.

Pertanyaannya, Perawat seperti apa yang boleh melakukan tindakan medis dalam keadaan darurat? Di atas sudah dijelaskan, yakni Perawat yang memiliki kompetensi. Tentunya memiliki skill dan kemampuan dalam penanganan tindakan medis, contoh sederhananya, mahir melakukan pertolongan pertama pada penderita serangan jantung, seperti tindakan resusitasi jantung paru misalnya.

Atas dasar itu, Adzanri bagian dari tim AGD-BSB RSUP dr M Djamil Padang yang sering memberikan materi pelatihan bersama tim yang di pimpin oleh dr.Syaiful Saanin,Sp.BS kepada tenaga kesehatan baik Perawat maupun dokter yang ada di Sumatera Barat melalui pelatihan Penanggulangan Pertama Penderita Gawat Darurat (PPGD) menyarankan jika merasa berkompeten tidak usah ragu memberikan tindakan medis pada penderita gawat darurat yang memerlukan bantuan segera.
Terkait : Tanggapan Pendiri Pelatihan BTCLS, ACLS Terkait Menjamurnya Pemateri Abal-Abal
Adzanri yang juga pengurus KNPI, serta mantan Sekjen PPNI, dan Mantan Ketua HIPKABI Sumbar ini menuliskan di makalahnya, "Bayangkan apabila perawat tidak pernah dinas di Instalasi Gawat Darurat, dan juga tidak pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan gawat darurat, apabila ditugaskan sebagai tim tanggap darurat kemungkinan tidak akan maksimal dalam memberikan pelayanan tanggap gawat darurat bersifat khusus dan spesifik yang memerlukan keterampilan khusus di samping itu juga waktu tindakan juga sangat penting dalam penyelamatan pasien gawat darurat." Jelasnya.

Putra Pasaman barat, kelahiran Sinurut, 23 Juli 1966 ini, merupakan alumni Fakultas Sastra Unand dan pernah menjabat Kepala Instalasi Humas dan Promosi Kesehatan RSUP Dr M Djamil Padang serta aktif menulis di media massa Singgalang, Haluan dan media indonesia, ia berpesan bahwa, "segenap tenaga Perawat hendaknya selalu meningkatkan kemampuan dan kompetensi di bidang tanggap darurat. Melalui pendidikan dan pelatihan, seperti PPGD, BHD dan BTCLS. Sebab, sewaktu-waktu ilmu kegawat-daruratan akan selalu terpakai dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi berdomisili di Sumatera Barat yang terkenal rawan bencana." Ungkapnya.( AntonWijaya)

grace02emily Perawat Tidak Akan "Lari Malam" Meskipun Dikasari Terbaru 2017

Medianers ~  Pada kesempatan yang berbahagia ini, Kamis, (28/7) Medianers menyempatkan diri berkunjung ke Bangsal Teratai RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh. untuk melihat aktifitas Perawat seperti apa hari ini? Apakah mereka terganggu dengan pemberitaan miring tentang pelayanan Perawat akhir-akhir ini di media?

Medianers menyapa mbak Yetik yang lagi sibuk menyiapkan dan menginventarisir daftar obat yang akan diberikan pada pasien. Saat medianers sapa, mbak Yetik mohon izin untuk tidak diganggu, karena sedang hati-hati menyiapkan obat. Dalam pemberian obat ke pasien, setidaknya ada prinsip 6 benar yang wajib dipahami Perawat, diantaranya: Obat benar, pasien benar, waktu benar, cara benar, dosis benar dan dokumentasi benar.

Bilamana salah satu unsur di atas salah, bisa berakibat fatal. Contohnya, pasien bernama fulan ada 2 orang yang di rawat, umur sama, tapi penyakit berbeda. Bila tidak teliti, bisa saja Perawat salah memberikan obat, terpengaruh dari nama pasien sama. Demikian juga dengan dokumentasi, obat apa yang telah diberikan dan kapan waktunya, wajib di catat di file pasien. Jika tidak, Perawat lainnya bisa saja memberikan obat tersebut kembali, karena ia merasa obat belum diberikan, karena tidak ada dalam catatan.

Atas dasar itu, Medianers sabar menunggu mbak Yetik yang memiliki nama lengkap Yetik Pujiariana, kelahiran 1982, asal Tuban, Jawa Timur.

Setelah beberapa menit menunggu. "Ada apa Mas? Saya sudah selesai." Ucap Mbak yetik.

Sambil duduk di atas kursi dekat Nurse Station, mbak Yetik mencurahkan pengalamannya pada medianers. Apa yang ia sampaikan tentunya berdasarkan pertanyaan yang medianers ajukan.

Wanita ramah yang suka senyum ini telah memiliki 2 orang putra dari pasangan suami Prajurit TNI bertugas di Batalyon Infanteri 131 Braja Sakti Payakumbuh, Ia mengatakan, "Saya pernah dikata-katai oleh keluarga pasien saat menjalankan tugas. Kan, aturan di RSUD dr Adnaan WD jelas, bahwa keluarga yang boleh menunggu hanya 1 orang di dalam ruangan. Boleh bebas masuk dan bergantian di jadwal kunjungan. Ketika itu, 2 orang yang menunggu, saya sampaikan baik-baik, demi kenyamanan pasien, bapak boleh menunggu hanya 1 orang. Yang satu lagi silahkan menunggu gantian. Eh, malah dia marah-marah. Padahal saya menyampaikannya dengan baik-baik. " Ucap mbak Yetik penuh sabar.

Tugas Perawat di bangsal Rumah sakit, tidak saja merawat, mencegah infeksi dan memberikan obat, tapi juga menegakan peraturan ditempat ia berdinas. Peraturan ini bukan mereka yang membuat, bukan juga atas keinginan manajemen, tapi salah satu syarat standar Rumah Sakit menuju Akreditasi, bahwa kenyamanan pasien dari gangguan kunjungan dan pengaturan jam tamu wajib diberlakukan. Mbak yetik selaku istri prajurit yang tinggal di asrama Batalyon ini, sangat paham akan bagaimana mengaplikasikan disiplin dan aturan. Karena ia sudah terbiasa menjalaninya di asrama. Namun, saat ia sampaikan pada masyarakat di tempat ia bekerja, sebagai wanita lemah lembut, malahan ia yang digebrak-bentak. Itu pun ia terima saja penuh rasa sabar.

Mbak Yetik, tamatan SPK Depkes, Tuban, tahun 2001 dan menyelesaikan pendidikan Akademi Keperawatan (Akper) Insan Cendekia Medika Jombang, 2008 ini, merupakan pindahan dari RSUD dr koesma, Tuban, Jawa Timur. Ia pindah kerja ke RSUD dr Adnaan WD pada tahun 2014, mengikuti suaminya yang berpindah tugas ke kampung halaman sendiri.

Saat medianers tanya lagi tentang suka duka jadi Perawat di Rumah Sakit, suaranya serak seakan mau menangis mengingat saat meninggalkan anak yang lagi sakit bersama suami di rumah, namun kewajiban tugas adalah nomor satu. Sebagaimana waktu disumpah, mendahulukan kepentingan orang banyak, dari pada kepentingan pribadi.

Meskipun banyak dukanya, ia sangat menikmati jadi Perawat, bila ia berhasil membuat pasiennya bahagia, pasien yang dirawatnya tersenyum serta mengucapkan terima kasih telah merasa di tolong. Ia tidak ingin lagi mengingat cek-cok dengan keluarga pasien. Karena apa pun pekerjaan pasti memiliki resiko, sebagai pelayan masyarakat, ya demikianlah resiko yang dihadapi Perawat, kalau tidak tertular penyakit, ya dikomplain keluarga pasien. Semuanya siap ia dihadapi.
Kanan Yetik Pujiriana,Amd.Kep dan Kiri Gusma Ernita, AMK saat Medianers wawancarai/ photo: Anton Wijaya
Lain lagi pengalaman Uni Ita, bernama lengkap Gusma Ernita, tamatan Akper Depkes, Jakarta, tahun 1999. Dan, pernah bertugas di Rumah Sakit Yarsi Bukittinggi, kemudian lulus tes PNS di Pemko Payakumbuh pada tahun 2004.

Dua belas tahun sudah ia berdinas di RSUD dr Adnaan WD, dan telah banyak pula asam-garam, pahit-manis yang ia rasakan sepanjang melayani masyarakat di RSUD dr Adnaan WD. Ia terkenang pernah pula dikasari keluarga pasien, karena merasa diabaikan.

"Ibuk ! infus habis tu, tolonglah pengertian lah saketek." Kata keluarga pasien tiba-tiba saja dibelakangnya. Ucap Uni Ita menirukan.


"Saya benar-benar kaget. Padahal saya sedang menunggui pasien yang lagi di kamar mandi untuk buang air kecil, berencana akan mengganti cairan infus pasien tersebut. " Ungkap Uni Ita.

"Ketika itu saya urut dada saja. Tidak meresponnya berlebihan. " Tukuk Uni yang terlihat memiliki kesabaran tingkat tinggi ini.

Medianers pun menanyakan, "berapa orang yang sedang di rawat di bangsal hari ini uni?" Ia pun menjawab "sebanyak 23 orang." Dari jumlah total kapasitas rawat inap sebanyak 30 tempat tidur. Kebetulan hari ini tempat tidur kosong sebanyak 7. Dan, yang dinas hanya 2 orang Perawat. Jumlah tenaga Perawat di bangsal Teratai sebanyak 12 orang, yang mana memiliki 3 shift dinas.

Artinya, Uni Ita dan Mbak Yetik melayani sebanyak 23 pasien, ditambah yang menunggu sebanyak 23 orang pula, yang memiliki kebutuhan berbeda yang wajib dilayani selama 8 jam hingga pertukaran shift dinas terjadi.

Saat menjalankan tugas, kadang ada pasien baru masuk dari IGD, pasien kecelakaan, kadang setengah sadar atau pasien pasca operasi, yang di tempatkan di ruangan Recovery Room (RR). Di ruangan tersebut, butuh perawatan intensif dan perhatian penuh dibanding pasien lainnya. Bila keadaan ini terjadi, maka kita yang dinas, makan saja tidak sempat, apa lagi main hp. Tapi, bila tempat tidur tidak terisi penuh atau tidak ada pasien di RR, Perawat bisa sedikit bersantai.

Dan, yang paling dilematis itu adalah, pasien dirujuk, sementara kita yang dinas sore atau malam, berdua saja, maka ini menimbulkan persoalan, beban tugas bertambah berat. Satu orang melayani seluruh pasien yang di rawat, dan perawat satu lagi pergi mendampingi pasien yang di rujuk.

"Kadang saya lupakan saja aturan, keluarga pasien menggedor-gedor pintu, tanpa mau memperdulikan aturan. Saya biarkan saja masuk, dari pada nanti bertengkar dan dibentuk, kitanya udah lelah melayani ditambah lagi masalah baru, maka dari itu saya tidak mau nyinyir." Kesah Uni Ita.

Meskipun banyak persoalan, Uni Ita pun tidak akan berniat beralih profesi, karena menjadi Perawat adalah pilihannya, bukan paksaan dari orang lain. Ia juga tidak akan "lari malam" atau lari dari kenyataan. 

"Saya sangat mencintai profesi ini, saya bangga jadi Perawat, bisa menolong orang yang butuh bantuan. Ungkapnya, mengakhiri pembicaraan.(AntonWijaya).